Sumber Foto : ikydz.com |
Bekasi, koresponden.id - Kecanggihan teknologi di masa sekarang membuat mudahnya akses konten bermuatan seks atau biasa kita sebut pornografi bagi para remaja terutama. Bahkan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengungkapan bahwa 66,6 persen anak laki-laki dan 62,3 anak perempuan menyaksikan kegiatan seksual atau pornografi secara online.
Data ini mengungkap bahwa lebih dari 50 persen atau mayoritas dari remaja Indonesia menonton video porno, yang itu memiliki banyak dampak negatif terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Terlalu banyak menonton konten pornografi dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, perubahan emosi, bahkan menurunnya kemampuan bersosialisasi.
Salah satu dampak yang paling mengerikan adalah kecanduan, seseorang yang kecanduan menonton konten pornografi dapat memiliki kerusakan pada otak setara dengan kerusakan otak akibat kecelakaan dengan kecepatan tinggi.
Kecanduan pornografi dapat merusak otak, khususnya pada bagian pre frontal cortex (PFC). PFC merupakan bagian otak yang mengatur fungsi kognitif dan emosi. Kerusakan
pada PFC dapat menyebabkan penurunan volume otak, gangguan perkembangan pada otak, kesulitan untuk berkonsentrasi, sulit untuk mengambil Keputusan, menurunnya kepercayaan pada diri sendiri, dan menurunnya kreativitas.
Bukan hanya itu, seseorang yang kecanduan pornografi juga dapat memiliki masalah mental seperti
depresi, gangguan konsep diri, hingga penyimpangan seksual. Berbagai penelitian menemukan adanya hubungan antara konsumsi konten pornografi secara berlebihan dengan risiko mengalami depresi dan kecemasan yang lebih tinggi.
Melihat konten pornografi dapat menyebabkan perubahan mood yang drastis dan meningkatkan tingkat stress. Selain dampak pada sendiri pornografi juga memiliki dampak terhadap orang-orang bahkan lingkungan sekitar.
Hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR), menyebutkan bahwa 34,5 persen anak laki-laki dan 25 persen anak perempuan pernah terlibat pornografi atau mempraktikan langsung kegiatan seksual, dan semua itu berawal dari mereka melihat video porno.
Bahkan, awal mula dari banyaknya kasus kekerasan seksual yang ada, adalah dari kegagalan menekan kebiasan menonton video atau hal-hal lain yang berbau pornografi. Awal mula para remaja mengalami kecanduan menonton pornografi adalah dari rasa penasaran, di fase remaja kita mengalami perubahan emosional, kognitif, dan psikis, salah satu perubahan yang tidak bisa kita hindari adalah motivasi dan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap berbagai hal yang menimpa kita, termasuk masalah-masalah yang berhubungan dengan seksual, dan berkat canggihnya teknologi masa kini yang dapat memudahkan kita untuk mengakses apapun.
Oleh karena itu l, diperlukan pembinaan dan pengawasan terutama dari orang terdekat yaitu orangtua, dengan cara memberikan perhatian, kasih sayang, dan penghargaan kepada anak. Memberikan edukasi tentang penggunaan internet yang sehat dan aman, memberikan edukasi seks sesuai dengan perkembangan usia.
Adapun tingkatan seseorang terhadap kecanduan pornografi menurut Skinner 2005 dibagi menjadi:
1. Level 1 : melihat pornografi sekali atau dua kali setahun, paparan sangat terbatas
2. Level 2 : beberapa kali setiap tahun tetapi tidak lebih dari enam kali, fantasi sangat
minimal
3. Level 3 : mulai muncul tanda kecanduan, sebulan sekali, mencoba menahan diri
4. Level 4 : mempengaruhi fokus untuk tugas sehari-hari, beberapa kali dalam sebulan
5. Level 5 : Setiap minggu, berusaha keras untuk berhenti, namun mulai gejala withdrawal
mengalami
6. Level 6 : Setiap hari untuk memikirkan pornografi, menyebabkan berbagai dalam kehidupan
masalah
7. Level 7 : perasaan ketidakberdayaan dan keputusasaan bila tidak melihat konsekuensi negatif pornografi.
Di atas adalah tingkatan kecanduan orang terhadap pornografi. Mungkin awal dari melihat konten pornografi adalah rasa jijik karena manusia memiliki sistem limbik dalam tubuh dan sistem ini pula yang mengeluarkan hormon dopamin untuk menenangkan otak, tetapi dopamin juga memberikan rasa senang yang menimbulkan ketagihan.
Walaupun akibat dari melihat konten pornografi adalah kecanduan dan kerusakan pada otak, hal ini dapat dipulihkan melalui terapi, sedangkan untuk menghentikan kecanduan bisa dibantu melalui dukungan orang-orang sekitar, menggisi waktu luang dengan kegiatan yang positif karena biasanya
keinginan untuk menonton konten porno muncul karena kita tidak memiliki kegiatan apapun.
Batasi akses seperti menghilangkan konten-konten yang mengarah atau memancing kita kepada konten
yang berbau pornografi. Semua itu dapat dimulai melalui kesadaran akan bahayanya dampak dari melihat konten berbau pornografi.
(Penulis= Muhammad Radja Ramadhan)