Bekasi, koresponden.id - Keluarga korban RS (24) mengaku sangat sedih dan terpukul atas kematian RS yang tewas usai melahirkan di klinik AS, Gandamekar, Cikarang Barat yang pada saat itu bidan F membantu kelahiran anak pertamanya, Rabu (15/5/2024).
Perwakilan keluarga korban, S yang merupakan paman korban, mengaku sangat sock lantaran kematian ponakannya itu diduga mal praktek dan sampai saat ini tidak mendapatkan empati dan dukungan moral dari bidan atau pemilik klinik AS sejak kematian RS (24) secara tragis.
S menjelaskan kronologis kematian RS pasca melahirkan kepada awak media, Kamis (16/5/2024).
” Peristiwanya terjadi pada Rabu siang, saat ponakan saya RS melahirkan anak laki – laki nya secara normal. Proses persalinan berhasil, anak lahir dengan selamat namun ibu bayi mengalami pendarahan hebat pasca melahirkan,” jelas S.
“Mulanya proses persalinan dengan normal tapi kaki bayi terlilit ari -ari dan ari – arinya masih tertinggal di rahim. Setelah itu bidan klinik lakukan tindakan tapi justru malah terjadi pendarahan hebat terhadap ibu bayi dan ponakan dilarikan ke rumah sakit dengan menggunakan mobil pribadi dari klinik menuju rumah sakit EMC Cibitung,” ungkapnya.
Menurut S, dugaan pendarahan hebat yang dialami ponakannya itu, karena adanya salah tindakan bidan saat menangani tali pusat/ari ari yang masih tertinggal di dalam.
“Bidan dari Klinik AS bukannya menarik ari – ari ke luar tapi justru menarik rahim RS, akibatnya terjadi pendarahan hebat yang akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit EMC Cibitung,” bebernya.
Dalam keadaan panik, lalu korban RS dibawa ke Rumah Sakit EMC Cibitung oleh pihak klinik. Sangat disayangkan, pasien dalam kondisi gawat justru tidak dibawa dengan ambulan malah menggunakan mobil pribadi.
“Justru itu kami sangat menyayangkan kenapa korban dibawa pakai mobil pribadi sementara korban dalam kondisi pendarahan hebat, ” ucap S kesal.
Guna mendapatkan informasi lebih lanjut, awak media melakukan konfirmasi ke pihak klinik AS dan mendapatkan informasi melalui bidan Tasya.
Ia mengatakan memang benar pihak klinik AS menangani proses persalinan pasien RS yang datang ke klinik pada Selasa (14/5/2024) sekitar pukul 18.00 wib dalam keadaan hamil dan sudah memasuki bulan persalinan.
“Benar, awalnya ibu itu (RS -red) datang pada hari Selasa pas maghrib dan setelah kami melakukan pemeriksaan baru masuk pembukaan satu, karena ini anak pertama jadi kemungkinan masih lama dan pasien memutuskan untuk pulang dulu, ” ungkapnya.
Setelah itu keesokan harinya tepatnya Rabu 15 Mei 2024 sekitar pukul 3 pagi pihak keluarga ibu itu datang kembali ke klinik dan kami periksa masih pembukaan 2 ke 3. Dan pada siang hari kami melakukan proses persalinan dengan bantuan bidan F melalui on call karena bidan kami sedang menjalankan ibadah haji,” ungkapnya kepada awak media, Kamis (16/5/2024).
Lebih lanjut Tasya menjelaskan, jika bidan F merupakan bidan yang diperbantukan sementara di Klinik AS untuk menangani jika ada persalinan karena saat ini Bidan L yang juga owner klinik AS dan suaminya sedang berangkat haji.
Menurut Tasya, pihak klinik telah melakukan proses persalinan dan bayi telah terlahir dengan kondisi selamat namun ada permasalahan pada ibu bayi sehingga perlu mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
Kata Tasya, bayi terlahir dengan selamat dalam kondisi normal dengan berat badan 3,3 kilogram dan tidak terlilit ari-ari.
“Namun kondisi ibu bayi, RS mengalami pendarahan hebat yang kami kira yang keluar itu miom sesaat melakukan persalinan dan terjadi pendarahan hebat sehingga dirujuk ke rumah sakit kurang lebih pukul 14.00 wib guna mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut ke Rumah Sakit EMC Cibitung, ” jelasnya.
“Saya bersama bidan Alma fokus menangani bayi sedangkan proses persalinan semua ditangani Bidan F, jadi saya tidak tau kelanjutannya, untuk lebih jelasnya nanti bisa ditanyakan ke bidan F ya,” jelasnya.
Sementara di tempat yang sama Ayu mengaku sebagai kerabat dari owner Klinik AS mengatakan, bahwa telah terjadi persalinan atas nama pasien RS dan mengalami pendarahan hebat lalu dirujuk ke rumah sakit EMC Cibitung.
Kemudian pasien RS meninggal dunia setelah berada di RS EMC Cibitung.
“Saya diperbantukan oleh ibu bidan L selama beliau berangkat haji. Saya mengelola klinik ini dan mengawasi serta mengambil uang dan melaporknanya. Memang kejadiannya tersebut benar dan saya yang menelpon pihak rumah sakit untuk melakukan rujukan, kami memang belum punya ambulance tapi pasien saya rujuk dengan mobil pribadi saya ke rumah sakit EMC Cibitung,” jelasnya.
(Red)