Ket foto: Makmun Hidayat Caleg PKB Dapil III Tembun Selatan.
Bekasi, koresponden.id -
Hadir dalam acara para alim ulama, antara lain Ketua Dewan Syuro KH. Aly Anwar, KH. Dede Ismail, KH. Jazman Suhaimi, KH. Ahmad Zamroni Anas, Ustadz Luthfi Mutawali, H. Idris, Kyai Ahmad Zahidi, Banser dan Ranting NU se-Tambun Selatan.
Makmun, selaku sohibul hajat dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada para undangan yang hadir pada acara tersebut.
"Alhamdulillah kita masih diberikan nikmat iman, sehat, sehingga masih bisa bersilahturahmi dalam rangka Lailatul Ijtima. Terima kasih untuk yang sudah hadir, Mohon dibukakan pintu maaf apabila banyak kekurangan," ujarnya.
Makmun, yang juga Caleg dari PKB Dapil III No Urut 2 Tambun Selatan menyampaikan pandangannya terkait perbedaan politik.
"Indahnya kebersamaan kita dalam bermasyarakat. Meski berbeda-beda pilihan pada tahun politik ini, tapi malam ini kita tetap berkumpul bersama, berdo'a bersama untuk kebaikan semua," katanya.
Selanjutnya, ia juga memohon doa restu dari undangan yang hadir agar mendoakan dirinya untuk mengikuti konstelasi legislatif 2024.
"Saya mohon ridho-nya mendoakan saya, karena kumpulnya alim ulama insya allah berkah. Tolong doakan saya lulus ujian pada tanggal 14 februari 2024 dan diwisuda (dilantik sebagai anggota dewan-red). Insya allah, PKB di dapil 3 ini bisa melampaui 2 kursi.
KH. Dede yang hadir dalam acara itu turut memberikan do'a restunya kepada Makmun Hidayat.
"Kami semua mendoakan dan mendukung, semoga niat dan hajat beliau diijabah oleh Allah SWT. NU dan PKB seperti ibu dan anak, karena PKB lahir dari rahim NU. Namun seiring perjalanannya memang ada dinamika politik," katanya.
Ia juga mengatakan, NU tidak berpolitik praktis, tapi politik kebangsaan.
"Maka saya berani bilang, bahwa NU membutuhkan harokah di parlemen, salah satunya melalui PKB
Maka kami mempunyai harapan kepada gus makmun supaya bisa duduk di parlemen. Ayuk bareng bareng di NU, urusi NU. Kata mbah hasyim, siapa yang ngurusi NU dia adalah santri ku. Ngurusi NU ini bukan berarti menjadi pengurus secara struktural, tapi siapa yang menghidupkan tradisi-tradisi NU," pungkasnya.
(Gdm)